top of page
Search

Pengembangan Sistem dengan Agile di Industri 4.0

  • Writer: Agust
    Agust
  • Oct 9, 2020
  • 2 min read

Dalam Fase Pengembangan Perangkat Lunak (SDLC), terdapat suatu metode atau model yang dapat mengatur jalannya proses pengembangan. Model tradisional yang biasa disebut Waterfall Model adalah metode pertama yang diterapkan pada pengembangan perangkat lunak. Metode ini bersifat sekuensial dan linier, serta mengharuskan seluruh requirements untuk mengembangkan perangkat lunak didefinisikan di tahap awal.

Nyatanya, dalam pengembangan perangkat lunak, menentukan requirements secara keseluruhan di tahap awal tidak mudah. Terkadang client bisa meminta perubahan atau peningkatan ketika proses pengembangan sudah berjalan. Belum lagi, proses pengembangan menjadi tidak adaptif dan tidak ideal digunakan untuk proyek-proyek besar .Oleh karena itu, munculah salah satu metode yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut yaitu Agile Software Development.

Agile software development adalah metode yang meringankan beban/bobot sekaligus mempercepat proses pengembangan software [1]. Pada metode Agile, terjadi iterasi pendek yang diikuti pengiriman produk yang mengalami peningkatan secara sering (frequent). Agile juga melakukan penekanan komunikasi langsung dan berkala untuk tim pengembangan, bahkan pelanggan (client) juga terlibat secara aktif dalam siklus proses pengembangan.

Dalam industri perangkat lunak, the “Agile movement” dipublikasikan pertama kali oleh suatu kelompok praktisi dan konsultan perangkat lunak pada tahun 2001 lewat Agile Software Development Manifesto [1]. Manifesto ini menekankan nilai-nilai utama, yaitu :

  • Individu dan interaksi lebih diutamakan daripada proses dan alat

  • Perangkat lunak yang bekerja lebih diutamakan daripada dokumentasi yang menyeluruh

  • Kolaborasi dengan client lebih diutamakan daripada negosiasi kontrak

  • Tanggap terhadap perubahan lebih dari mengikuti rencana

Saat ini, metode-metode agile sudah banyak digunakan oleh industri perangkat lunak, salah satunya adalah Scrum. Scrum adalah framework untuk mengembangkan dan mempertahankan produk yang kompleks. Scrum adalah kerangka kerja di mana orang dapat mengatasi masalah adaptif yang kompleks, tetapi juga secara produktif dan kreatif memberikan produk dengan nilai setinggi mungkin.


Framework Scrum terdiri dari Tim Scrum dan peran(role), event, artifacts, dan aturan yang terkait. Setiap komponennya memiliki tujuan tertentu dan penting untu keberhasilan Scrum. Tim Scrum terdiri atas product owner, scrum master, dan development team. Event yang dilakukan adalah sprint planning, sprint, daily stand up meeting, sprint review, dan sprint retrospective. Adapun, artifacts yang dipakai adalah product backlog, sprint backlog, dan increment. Sedangkan, aturan digunakan untuk mengatur hubungan dan interaksi antara role, artifacts, dan event tersebut.



 
 
 

Comments


bottom of page